The Chronicles of Evangelicalism: Sebuah Pengantar Historis terhadap Gerakan Evangelikal
DOI:
https://doi.org/10.36421/veritas.v12i2.249Keywords:
Evangelicalism -- HistoryAbstract
Menurut statistik terkini kira-kira satu dari sepuluh orang di dunia adalah orang Kristen evangelikal; demikian tutur seorang ahli sejarah gereja. Pasalnya, populasi dunia sekarang sudah mencapai angka tujuh milyar jiwa, dan dua milyar di antaranya mengidentifikasi dirinya dengan kekristenan. Dari antara dua milyar orang Kristen ini, lebih dari setengah milyar dideteksi sebagai orang Kristen evangelikal. Mengenai bagaimana para ahli statistik dan lembaga-lembaga survey itu mengidentifikasi seseorang sebagai evangelikal bukanlah perkataan utama penulis di sini. Poin yang penulis mau angkat di sini ialah bahwa evangelikalisme merupakan salah satu kekuatan besar dalam kekristenan, hanya karena ia memiliki jumlah massa yang sangat besar dan menurut banyak pengamat, evangelikalisme akan terus membesar! Fakta di atas mendorong penulis untuk mengkaji gerakan ini secara lebih serius. Apa itu evangelikalisme? Siapa itu yang disebut kaum evangelikal? Apa keunikan dari gerakan evangelikal ini? Ini adalah segelintir pertanyaan-pertanyaan mendasar yang coba penulis jawab dalam artikel ini. Sebab walaupun ada banyak orang Kristen yang mengaku (atau “dicap”) sebagai evangelikal, tidak banyak di antara mereka yang tahu dengan persis apa yang dimaksud dengan evangelikalisme itu sendiri. Hal yang sama juga kerap kali dijumpai oleh banyak orang non-evangelikal (Kristen maupun non-Kristen) yang sering memberi label negatif terhadap orang-orang evangelikal, karena kekurang- atau kesalahpahaman tentang evangelikalisme itu sendiri. Namun secara jujur, fakta bahwa penulis adalah seorang Kristen evangelikal dan banyak berkecimpung dalam dunia pelayanan evangelikal adalah alasan utama mengapa penulis memilih subjek ini. Secara pribadi, tulisan ini adalah sebuah pencarian akademik tentang identitas diri penulis sendiri sebagai seorang evangelikal. Orang Kristen seperti apakah saya ini? Apa narasi tradisi evangelikal yang di dalamnya saya bertobat dan menjadi seorang percaya? Siapa pahlawan-pahlawan iman dalam evangelikalisme yang harusnya menjadi teladan bagi saya? Kredo-kredo apa yang perlu saya percayai sebagai seorang evangelikal? Terlepas dari fakta bahwa saya “dilahirbarukan” dalam tradisi ini, mengapa saya tetap memilih menjadi seorang evangelikal sampai sekarang dan apa artinya menjadi seorang Kristen evangelikal di zaman ini? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang ada di balik kepala dan hati penulis sembari meneliti studi ini. Penulis yakin bahwa ia tidak sendirian dalam pencarian jati diri evangelikal ini.