Studi Eksegetikal terhadap Makna Misteri Kristus dalam Kolose 4:3 : Tersembunyi atau Dinyatakan?
DOI:
https://doi.org/10.36421/veritas.v3i1.84Keywords:
Mysterion (Greek word), Bible. Colossian, IV,3 -- Criticism, interpretation, etc., Jesus Christ.Abstract
Latar belakang dan makna kata (mysterion) telah diperdebatkan oleh para sarjana Alkitab dari spektrum teologis yang luas. Sebagian orang berpendapat bahwa penggunaan istilah tersebut dalam PB, terutama sekali oleh Paulus, dipengaruhi oleh kultus-kultus misteri di kalangan orang-orang berbahasa Yunani. Pada permulaan abad kedua puluh, misalnya, para sarjana dari Religionsgeschichtliche Schule berusaha menjelaskan adanya latar belakang Hellenistik di balik penggunaan kata (mysterion) oleh Paulus. Sebagian lagi berusaha menelusuri latar belakang istilah ini dari Yudaisme Kuno, seperti dilakukan oleh Raymond E. Brown yang menekankan bahwa kita tidak perlu mencari latar belakang istilah ini di luar Yudaisme Kuno. Banyak sarjana belakangan ini merasa yakin adanya latar belakang Semitik di balik istilah ini, dan tampaknya inilah pandangan umum di kalangan para penafsir saat ini, sekalipun mereka mengakui bahwa kultus misteri sezaman dengan kekristenan. Meskipun perdebatan mengenai latar belakang mysterion mungkin tampaknya telah mencapai konsensus umum (paling tidak, hingga adanya bukti lebih jauh, dan jika ada itu akan melahirkan pertentangan terhadap pandangan mengenai adanya latar belakang Semitik dari kata mysterion), namun pertanyaan mengenai makna dan isinya dalam PB pada umumnya, dan dalam surat-surat Paulus khususnya, tetap menjadi topik diskusi serius. Artikel ini akan difokuskan pada makna (mysterion) dalam Kolose 4:3, secara khusus berusaha menentukan makna (mysterion) yang digunakan rasul Paulus pada ayat ini. Sebelum menyelidikinya lebih dekat, beberapa hal harus dikerjakan lebih dahulu guna mengetahui latar belakangnya. Pertama, akan disajikan survei ringkas kata (mysterion) yang terdapat di bagian lain di PB, untuk melihat sejauh mana penggunaan kata ini dalam PB. Kedua, kita juga perlu melihat penggunaan (mysterion) di Kolose (1:26-27; 2:2), guna menetapkan konteks perikop (4:2-6). Hal ini bukan saja membuat musth,rion berada dalam konteks lebih luas, tetapi juga membantu kita memahami frase (to mysterion tou Christou) di Kolose 4:3. Ketiga, akan dilakukan eksegesis terhadap perikop ini sambil memperhatikan isu-isu kritik teks dan gramatikal dalam prosesnya yang mungkin penting dalam menentukan makna (mysterion).