"Dari Kekosongan Kepada Kelimpahan": Fondasi Trinitarian dari Spiritualitas Kristen
DOI:
https://doi.org/10.36421/veritas.v12i2.243Keywords:
Christian life., SpiritualityAbstract
Tidak diragukan lagi mengenal Allah adalah tujuan menjadi seorang Kristen. Aquinas dan banyak teolog lain mengatakan bahwa tujuan utama dari keberadaan kita sebagai orang Kristen terletak di dalam momen ketika iman kita diubah menjadi pengetahuan, yakni ketika kita mengetahui Allah secara sempurna dengan melihat Dia muka dengan muka. … Namun, dalam pengertian tertentu, mengenal Allah tidaklah mudah atau, paling tidak, tidak senatural yang kita pikirkan. Proses mengenal Allah memerlukan kondisi tertentu, karena secara umum obyek pengetahuan kita menentukan cara kita mengetahui/mengenalnya (sebagai contoh, kita mengetahui kebenaran-kebenaran ilmu pengetahuan dengan cara belajar; kita tahu bermain alat musik dengan cara mempraktikkannya; dan seterusnya). Karena Allah secara absolut melampui pemahaman kita dan tidak dapat dikontrol oleh kita, tidaklah mengherankan jika cara yang benar untuk mengenal Allah akan mengejutkan dan menggoncang kita. Kekristenan (dan agama-agama lain juga di dalam derajat tertentu) mengajarkan bahwa melihat dan mengenal Allah secara sungguh-sungguh akan mengakibatkan kematian. … Kematian di sini berarti pemusnahan ego atau sikap mementingkan diri sendiri dan mengutamakan kenyamanan pribadi, sebagaimana William James, seorang filsuf dan psikolog Amerika, ungkapkan, pengalaman religius yang sejati selalui diawali dengan penghancuran ego seseorang. Tanpa menyadari dengan mendalam bahwa kita tidak ada apa-apanya, bahwa hati atau kehidupan kita pada dasarnya adalah kosong, kita tidak dapat mengenal Allah dengan benar dan lebih menyeluruh. … Pengalaman kekosongan atau kehampaan ini pada dasarnya adalah sebuah pengalaman akan kematian …. Selain itu, kekosongan atau kehampaan yang kita harus praktikkan bersama Kristus di sini tidak sama dengan konsep agama-agama Timur (misalnya Buddhisme) tentang kehampaan. … Sebab itu, kehampaan atau keputusasaan kita, yang dirasa seperti kematian, bukanlah akhir di dalam dirinya sendiri; ia hanyalah sarana untuk membawa kita kepada Allah. Kita sangat terbiasa dengan kata “Allah” sehingga kita jarang sekali sadar bahwa Allah adalah Keberadaan yang agung dan misterius yang sepenuh-penuhnya melebihi pemahaman kita dan menolak untuk dikontrol oleh keinginan dan hasrat kita. Karena Allah secara total melampaui kita namun menopang kita, mengenal Dia bagi kita tidak terpisahkan dari kematian!