Tekstualitas dan Intratekstualitas dalam Hermeneutika Pascaliberalisme
DOI:
https://doi.org/10.36421/veritas.v1i2.43Keywords:
Postliberal theology., Bible -- Criticism, interpretation, etc., Intertextuality in the Bible.Abstract
Perkembangan hermeneutika dalam gerakan teologi pascamodern, seperti yang dapat disimak dari kalangan pascaliberalisme, memperlihatkan beberapa kecenderungan yang menarik. Gerakan teologi pascamodern ini jelas berkaitan erat dengan apa yang disebut sebagai perkembangan “the linguistic turn,” yang mendominasi wacana filfasat pascamodern. Karena itu, teori-teori dan kritik-kritik kesusasteraan menjadi salah satu alat utama dalam interpretasi dan evaluasi teologi masa kini. Perkembangan teologi pascamodern ini juga memperlihatkan kecenderungan kembali kepada hermeneutika Karl Barth, yang melihat teks formatif kekristenan sebagai “a strange new world within the Bible.” Pada satu pihak, pengaruh teori kesusasteraan telah mendorong pemakaian reader-response criticism, yang melihat proses membaca sebagai proses penciptaan makna. Di bawah pengaruh tokoh seperti Stanley Fish, teolog-teolog saat ini banyak berbicara mengenai interpretive communities. Pada pihak lain, di bawah pengaruh Karl Barth, orang-orang dalam gerakan yang sama terdorong untuk mengutamakan teks formatif kekristenan sehingga mereka menganjurkan pembacaan yang realistik (realistic reading) terhadap narasi-narasi Alkitab, dan melihat narasi-narasi ini dapat menciptakan satu dunia realita yang lebih nyata daripada dunia yang kita kenal dengan panca indera kita. Teologi pascaliberal adalah salah satu dari gerakan teologi pascamodern yang mementingkan teks dan mengutamakan pembacaan realistik tersebut. Memang, di kalangan teologi pascaliberal sendiri terlihat juga kecenderungan untuk mengikuti jalur Stanley Fish, seperti yang dilakukan oleh Stanley Hauerwas. George Lindbeck dan Hans Frei, yang dianggap sebagai pelopor gerakan pascaliberalisme, juga memperlihatkan kecenderungan menempatkan interpretive communities sebagai pencipta makna (dan bahkan kebenaran) teks. Tulisan ini akan saya fokuskan hanya pada penekanan mereka terhadap teks dan memperlihatkan beberapa penyimpangan dari pandangan Barth tentang tekstualitas. Tulisan ini juga memperlihatkan bahwa antara mementingkan teks qua teks dengan mementingkan komunitas pencipta kebenaran teks jaraknya sangat tipis.