Etika Paulus tentang Perceraian: Studi I Korintus 7:10-16
DOI:
https://doi.org/10.36421/veritas.v14i1.272Keywords:
Divorce -- Religious aspects -- Christianity., Divorce -- Biblical teaching.Abstract
Tema mengenai perceraian selalu menjadi tema yang cukup menarik untuk didiskusikan dan penting untuk dibahas. Penulis pernah menyampaikan sebuah khotbah mengenai perceraian dan setelah kebaktian selesai ada beberapa jemaat langsung bertanya mengenai bagaimana mereka harus menilai kasus-kasus perceraian yang mereka lihat baik dalam keluarga dekat mereka ataupun teman atau kerabat mereka. Angka perceraian di Indonesia setiap tahunnya bertambah tidak kurang dari 10%; pada tahun 2009 terjadi 216.286 kasus perceraian, dan di tahun 2010 terjadi peningkatan menjadi 285.184 perkara. Meningkatnya angka perceraian memperlihatkan bahwa kondisi keluarga-keluarga dari masyarakat Indonesia semakin mengalami penurunan dalam hal kualitas sehingga berdampak pada rentannya usia pernikahan keluarga dari masyarakat kita. Di negara-negara Barat pun kondisi yang sama terjadi, jumlah perceraian sangatlah tinggi sebagaimana dijelaskan oleh Gordon J. Wenham bahwa separuh dari pernikahan diakhiri dengan kasus perceraianan …. 1 Korintus 7 adalah teks Alkitab yang penting dalam membahas isu perceraian dan pernikahan kembali. Teks ini telah mempengaruhi penafsiran dan kebijakan dari berbagai denominasi gereja, contohnya Roma Katolik dan The Church of England.12 Meskipun 1 Korintus 7 memang berbicara mengenai isu perceraian dan pernikahan kembali, namun bagian ini bersifat “occasional,” artinya nasihat yang diberikan Paulus terkait dengan situasi dan kondisi tertentu yang terjadi dalam jemaat.13 Perkataan Paulus dalam 1 Korintus 7:1 dan 1 Korintus 7:25 jelas mengindikasikan adanya pertanyaan tertentu yang ditanyakan jemaat Korintus kepada Paulus.