Anugerah dalam Pelayanan Penggembalaan
DOI:
https://doi.org/10.36421/veritas.v3i2.93Keywords:
Grace (Theology), Pastoral theology.Abstract
Ada hal yang mungkin sangat mengejutkan kita pada saat Tuhan Yesus bertemu dengan Petrus setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Tuhan Yesus melakukan pendekatan penggembalaan yang sangat jitu ketika berhadapan dengan sosok seorang pengkhianat, yakni Petrus. Tuhan Yesus tahu dengan pasti apa yang terjadi di dalam diri Petrus. Beban dan pergumulan hidup, tekanan dan ketakutan, bahkan pengharapan akan masa depan yang suram, semuanya Ia kenal dengan baik. Tuhan Yesus menyapa Petrus dengan bahasa penggembalaan yang sangat halus, bahasa yang dibutuhkan setiap insan, yang menyentuh hakikat diri dalam relasi antarsesama, yaitu: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka ini?” (Yoh. 21:15). Pertanyaan Tuhan Yesus ini bukan saja menyentak seluruh sanubari Petrus, tetapi juga mendongkrak eksistensi relasi antara dirinya dengan Tuhannya. Apa yang telah diperbuat oleh Petrus dan apa yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus, semuanya terjawab melalui penggembalaan-Nya, dengan ungkapan dan tekad, “Benar, Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau” (Yoh. 21:15). Dari jawaban itu Tuhan Yesus memberikan wujud konkret bagaimana Petrus mengasihi-Nya, yakni: “Gembalakanlah domba-domba-Ku” (Yoh. 21:15). Tugas dan perintah ini jelas ada dalam konteks anugerah Allah yang besar yang dialami Petrus secara pribadi, sekalipun itu merupakan wujud konkret bagaimana ia mengasihi Tuhannya melebihi mereka. Ia kemudian menjalani seluruh hidupnya dengan mempersembahkan dirinya sebagai rasul pilihan-Nya, hamba Tuhan yang menggembalakan dengan anugerah-Nya, yang belajar bersama dengan Tuhannya. Pada akhirnya ia mampu memberikan nasihat kepada para penatua untuk menggembalakan domba-domba-Nya, “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu” (1Ptr. 5:2-3). Dengan kebenaran firman Tuhan ini, kita akan belajar bersama-sama untuk memahami pelayanan pastoral yang merupakan panggilan kita bersama.