@article{Elbers_2003, title={Martin Luther dan Penginjilan terhadap Orang Yahudi}, volume={4}, url={https://ojs.seabs.ac.id/index.php/Veritas/article/view/104}, DOI={10.36421/veritas.v4i1.104}, abstractNote={<p>Jasa Martin Luther baik sebagai seorang teolog maupun sebagai reformator tidak bisa kita pungkiri. Semua orang Kristen yang mempelajari sejarah gereja pasti akan bertemu dengan tokoh Jerman ini yang dilahirkan pada 1483 dan meninggal pada 1546 di Jerman. Sikap Luther terhadap penginjilan dan misi dalam sejarah teologi menjadi perdebatan yang seru. Para sarjana pada abad-abad yang lalu tidak melihat bahwa Luther memiliki sikap positif terhadap penginjilan, namun sejak Karl Holl menulis makalah berjudul Luther und die Mission (Luther dan Misi) pada 1924, tanggapan para teolog dan misiolog tentang Luther dan misi sedunia mulai lebih positif. Sikap Luther terhadap penginjilan kepada orang Yahudi lebih hangat lagi didiskusikan dalam ilmu teologi oleh karena ia mengalami satu perkembangan dalam pemikiran tentang penginjilan terhadap orang Yahudi. Perkembangan itulah yang akan saya selidiki melalui artikel ini. Seumur hidupnya Luther menganggap orang Yahudi sebagai sebuah ladang misi yang hadir di tengah-tengah orang Kristen. Kita tidak boleh lupa bahwa ia dilahirkan dan dibesarkan pada abad pertengahan di Jerman yang hanya mengenal satu agama yaitu agama Kristen Katolik. Seluruh lingkungannya dipengaruhi hanya oleh satu agama yang diikuti dan dihayati oleh rakyat di bawah pimpinan gereja dan raja. Orang Eropa pada zaman itu bertemu dengan penganut agama lain hanya ketika mereka berperang dengan orang Turki yang beragama Islam dan yang mengancam negara-negara Kristen Katolik di Eropa. Itu sebabnya sering kali agama Islam dipandang sebagai agama musuh negara dan agama Kristen di Eropa, serta tidak disukai dan dipahami oleh orang Eropa. Selain orang Turki yang jarang dijumpai rakyat Eropa kecuali waktu perang, mereka bertemu dengan orang Yahudi yang tinggal di tengah-tengah mereka. Biasanya orang Yahudi berkiprah di bidang ekonomi dan perbankan dan banyak di antara mereka yang kaya. Sebelum Luther, orang Yahudi dipandang sebagai “pembunuh” Kristus dan musuh Allah. Gereja Katolik pun sudah merasa berkewajiban untuk mencapai orang Yahudi dengan Injil, apalagi orang “kafir” ini tinggal di tengah-tengah umat Kristiani. Seumur hidup Luther tidak pernah berhenti mendoakan keselamatan abadi orang Yahudi. Walaupun pada akhir hidupnya ia merasa sangat kecewa terhadap orang Yahudi, reformator Jerman ini tidak pernah lupa mendoakan bangsa pilihan Allah tersebut. Tulisannya yang paling tajam melawan orang Yahudi adalah Wider die Juden und ihre Lugen (Melawan Orang Yahudi dan Kebohongan Mereka) dan Von Schem Hamphoras und vom Geschlecht Christi (Tentang Schem Hamphoras dan Tentang Keturunan Kristus), yang diakhiri dengan doa syafaat bagi bangsa Allah.</p>}, number={1}, journal={Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan}, author={Elbers, Veronika Johanna}, year={2003}, month={Apr.}, pages={55–66} }